dinding hampa, bukankah sudah lama ia tak bicara,
yang kuingat hanya sekat hati,
yang kupikir hanya sejumput mimpi-mimpi,
tak kuduli lagi mentari merah,.
Bila salah tak ku perduli,.
Kata salahku bukan sastra,
memang berapa sih harga benar ?
Kunikmati kesendirianku,
usang kamar, tiada sentuh jari jelita,
retak bekas gempa tiada kuhirau kan memanjang,
seperti hati ini,.
Terjepit kerinduan dalam hitamnya bayang,
hampa ini sendiri,
kosong tiada perasaan,.
Titik jenuh jauh berlalu,
sebab hati telah biasa kecewa,.
Malam minggu kutatap cinta dijendela,.
Kesendirian lagi ...
Dan Lama-lama aku suka,.
Kuusir semua yg mendekat,.
Dan sungguh itu nikmat,.
Makin dalam kantung hitam dimata,
makin dalam tatapku tentang curang manusia,
bercinta dengan kalimat buatku gila...
Tapi aku suka ... Tapi aku suka ...
Istana Kesendirianku,.
Hampa, peluklah rajam dadaku,.
Telah kubunuh semua yg kubutuh,.
Bijaksanaku sudah sakit..
Ilmuku makin pahit,..
Dan besar rasa mendaki curang juram,
dan besar cinta mendesak himpit palung perih,.
Menunggu kebangkitannya,.
Cinta kan ada ...
Dengan Busung dada..
Kala Ia tiba ...
~ Agung Saripudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar