Dalam rincik yang membuat aku dalami ceritanya,
Kisah cinta menari,
Cerita tentangmu hening berdansa,
Menatap gerimis dicelah jendela,
Dan tergambar wajahku,
digenangan airnya,
pucat tanpa binar mata,
Aku yang merenggut di segala tema,
Majas-majas hati masih saja mengalir tentang cinta,
Dulu pernah kubertanya pada cermin,
Sekarang bertanya pada gerimis,
tanya tentang sunyi yang belum terjawab juga,
Bagi sisi pribadiku,
jiwa yang hampa,
Kutanya gerimis,
bilakah kau sama dengan alir dimataku ?
Jawab gerimis
" tentu saja beda, aku mengalir dengan tujuan, awali kisah kehidupan,
Sementara airmatamu api,.
Tiap bertambah alirannya, maka mengering muara dalam hati,
maka janganlah kau menangis "
tapi tak kupungkiri aku sedih,
Sadari aku pribadi yang dijauhi,
bila dicinta ia pun putus asa,
adaku lahirkan kepedihan,
sebagaimana jiwa yang tak diharapkan,
dan aku tak tahu ...
Tiba-tiba ada dan jalan didepanku,
Maka kulangkahkan saja,
biar dalam sunyi,
jalan meraba dihati yang berkabut,
hanya terdengar sayup kidung cinta,
dan kuarahkan langkahku kepadanya,
biar dalam buta,
kutanya gerimis,
kini ia diam,
dan perlahan jadi deras hujan,
dan tak tampak lagi wajahku,
dalam genangan ...
Dalam kenangan ...
~ Agung Saripudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar