Sungguh tersiksa jiwa kami,
bila kau dapat lihat indahnya bunga,
bila kau rasa hangat matahari,
Rincik hujan yg mengalir dikulitmu,
Bagi kami Sebatas majas dan puisi,
bila tentang aku,
apa yang kau jawab, itu yg aku tanyakan,
aku hanyalah patung yg bingung,
ditiupkan nyawa..
Lalu berjalan, entah kemana..
Tiada indah lautan dan gunung-gunung,
Sebab bagiku lebih luhur,
bila termangu diatas bangunan hancur,
Sebab aku muak dengan indahnya bahasa..
Maka akupun mencoba berkata..
Memecah indahnya,
tapi masih tak percaya,
Aku mungkin gila,.
Terserah bila kau benci..
Biar aku tuli dari ucap manusia yg penuh dengan janji,
Dan gonggongan anjing lebih aku percaya..
Sebab dia lebih jujur, tentang apa yang terasa..
Bila Manusia menangis melihat kepedihan,.
Pastilah lebih dulu mengusap mata,
daripada merubahnya,
Sekadar senyuman manis dan prihatin...
Hahh..
Tak berguna..
Lagipun Aku tak peduli,.
Sebab aku juga sama..
Hidup ... dalam Bahasa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar