Rupanya masih sama, terhimpit disela zaman
Masih tertidur disamping buku catatan
Ada wajah-wajah yang kurindu
Ditiap masa, hanya berbeda nama dan cerita
Betapa banyak sisa muara dihatiku
Tempat terbunuh, nama-nama yang kucintai
Rindu untukku selalu saja sesakit ini
Kututupi dengan senyum kesabaran
Namun adakah, penutup perih yang kurasakan
Sungguh congkaknya alam materi
Ada yang membeli banyak cinta, hingga aku kehausan
Namun kubiarkan … namun kubiarkan …
Apa yang mereka beli akan usang atau hilang
Kecantikanpun menua, tak lama dan dibuang
Namun nama yang kucintai, biar abadi dalam puisi
Biarpun aku telah mati
Dengan puisi aku menangis
Dengan puisi aku berdoa
Dengan puisi aku meminta
Dengan puisi kuabadikan nama kita
Hingga tak ada lagi bahasa
~ Agung Saripudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar