Kau bertanya “ jika aku jadi bunga kau jadi apa? ”
Kujawab “ jadi matahari ”
Kau bertanya “ jika aku jadi bulan yang tak bisa bersatu denganmu? ”
Kujawab “ aku masih matahari “
Kau bertanya “ bila aku jadi malam yang tak mungkin di isi matahari, apa kau masih matahari? “
Kujawab “ aku tetap matahari “
Kau bertanya lagi “ bila aku jadi bintang yang menggantikan cahayamu, masihkah kau jadi matahari?“
Kujawab “ aku tetap matahari “
Lalu kau bersedih dan bertanya lagi,
“ aku akan jadi burung api Phoenik, berasal darimu dan aku akan terbang meninggalkanmu ”
Kujawab “ selamanya aku matahari “
Jangan bersedih kekasihku,
Sebab matahari adalah hikayat cinta
Bila kau bunga tengah berbahagia dengan kumbang,
Aku tak cemburu, sebab aku mataharimu
Memberimu cahaya tanpa pamrih,
Tanpa kau pinta
Agar kau tumbuh indah dan tak layu,
Matahari tanda kebijakan
Bila kau jadi bulan dan aku matahari
Sadarilah kekasihku,
Tanpaku kau takkan bercahaya
Walau demimu, rela kuberikan cahayaku
Agar kau megah dalam gelap
Cinta matahari, tanda pengorbanan
Bila kau malam aku matahari
Sadarkah kau bila malam kerap menunggu aku,
Sebab malam lelah dalam sunyi
Menanti kebesaran sinar mentari saat pagi
Matahari, tanda kebesaran
Bila kau bintang aku matahari
Bahagialah kau berkelipan bersama ribuan bintang lainnya,
Berpestalah dalam keindahan cahayamu
Namun saat kudatang,
Bintang terterang pun malu, tak berani bersinar lagi
Matahari tanda kemuliaan
Bila kau burung api Phoenik yang meninggalkanku,Aku tetap mataharimu,
Menunggumu dengan setia
Dan takkan ada yang mendekati
Karena terlalu panas lidah apiku
Dan hanya kaulah takdirku, yang bisa mendekatiku
Karena kau bagian dari aku
Matahari tanda kesetiaan
Kekasihku …
Matahari takkan pernah ingkar janji
Selalu terbit pada waktunya
Kekasihku …
Aku mataharimu
~ Agung Saripudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar