Bagian 1
Rasanya seperti gila. Aku mengurung diri dikamar, tersenyum sendiri menutup wajahku dengan bantal. Menangis sejadinya bila teringat kejadian sore tadi di kosan Ulfa.
"Semua orang Setaaaan! Aku benci hidupku," lirihku dalam hati.
Rasanya ingin berteriak. Begitu lama kutenangkan diriku, sampai akhirnya aku capek menangis dan menatap kosong langit-langit kamarku.
Kulirik jendela rupanya sudah gelap, entah jam berapa sekarang, mungkin sudah larut. Kulihat jam dinding diam tak berdetak lagi jarumnya, terhenti dipukul 14:10. Jam dindingku rupanya mati --- Apakah itu pertanda?.
"Hahh! Nggak ada yang namanya pertanda --- Sinting!" Aku bergumam sendiri berdebat dengan isi pikiranku.
Kuambil ponsel yang sedari tadi sengaja kumatikan. Aku berniat menghidupkannya lagi, tapi tak jadi karena aku tak ingin Ulfa menghubungiku.
"ULFA ... " iiiih ... Nama itu --- begitu terlintas rasanya ingin kulempar ponselku. Tapi masih sayang juga, takut nggak kebeli lagi. Kayak banyak uang aja.
"Hahahaa ... " aku tertawa girang sendiri kayak orang depresi. Kumiringkan posisi berbaringku. Tampak disamping kasur kulihat bingkai kosong yang tak ada Photonya. Aku jadi teringat, bingkai itu bekas photo Mitha, sisa kenanganku dengannya.
"Mitha ... Mending kangen kamu, nggak sakit," aku tersenyum sendiri mengingatnya, seakan terbayang kisahku lagi saat masih SMA. Cinta dibalik seragam Putih Abu-abu, dibalik bingkai kosong itu.
Tiga tahun aku pacaran dengan Mitha, dan kisah masa sekolahku di SMA dihabiskan hanya olehnya. Tapi kini dia sudah milik orang lain, dia dinikahi orang lain tanpa memberitahuku, tanpa sempat memutuskan aku.
"Hahhh ... sama saja, sial kalian semua --- tapi aku kangeeen," bicaraku sendiri sembari memejamkan mataku yang masih saja basah, biar telah berkali aku seka.
Aku dan kisah ...
Yang dicorengi lagi hari lalu,
Tentang cinta yang tak bisa aku lihat,
Hanya dinding sepi dan nyeri,
Hanya bingkai kosong,
Tak pernah aku isi lagi ...
Tak ada lagi hangat yang aku rasakan,
Tak ada lagi ria redam yang aku harapkan,
Hanya dingin yang tak malu memelukku
Hanya hening ...
Yang mau mengecup bibirku.
Dan hanya santun sepi,
Yang ikhlas mendengarkan aku ...
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar