Bagian 5
Malam datang begitu cepat, singkat cerita aku dan bandku sudah bersiap dibelakang panggung, mungkin sebentar lagi giliran band kami yang naik, dan jujur kali ini aku takut. Aku masih terpikir Ulfa, gadis manis dari toko kaset itu. Aku senyum sendiri sekaligus takut sendiri, aneh sekali perasaan ini. Sesekali daripada diam menunggu dipanggil, aku berjalan keluar lokasi berpura-pura berkeliling padahal aku patroli. Mataku tertuju ke seberang jalan memperhatikan Mall tempat toko kaset itu berada. Memang tak terlihat jelas dari sini, hanya tampak ramai orang berlalu-lalang, dan bisa saja salah satunya Ulfa yang mungkin juga datang menonton acara band kami.
"Cha! Ayo cepet, sudah dipanggil tuh! Ngapain aja sih!" Teriak Sammy terengah kelelahan karena buru-buru mencariku.
"Iya! ... Iya! ..." timbalku segera berlari menghampiri, Dan kamipun pentas. Tak lama, kami selesai memainkan tiga buah lagu. Alhamdulillah apa yang kutakutkan tak terjadi. Ulfa tak kulihat ada disini sehingga aku bebas berekspresi tanpa terhalang dagdigdugnya perasaanku. Sambil duduk beristirahat, kusaksikan dengan serius penampilan grup band Sheila on 7 yang sedang menunjukan kebolehannya diatas panggung musik, sungguh kali ini lagu yang mereka bawakan benar-benar aku sukai dan pas sekali dengan suasana hati yang tengah aku rasakan. Hihii! Aku tersenyum sendiri, terbersit dipikiranku bagaimana jika segera kuberikan saja kaset Sheila on 7 buat Ulfa, soalnya banyak lagu yang cocok, salah satunya yang berjudul J.A.P, Jadikanlah aku pacarmu.
"Wahh ... Pas, mantap, buat si cantiiiik, maniiis, heheee, " sambil nyengir aku pelan bicara sendiri.
"Cha, ini punya kamu ya? " Kata Riku tiba-tiba membuyarkan lamunanku sembari menunjukan sesuatu yang sepertinya terjatuh dari tasku.
"Ya Allah! Iya rik, balikin sini aku lupa ga sempat simpan di rumah, " kataku buru-buru mengambil kaset dari tangan Riku
"Ciyeee, buat siapa tu? Sampai dibungkus ungu pink segala. Hahaha ... " Riku menggodaku.
"Itu tuh, Putri outlet dari toko kaset sebrang situ. Makanya tadi si Chapunk nyanyi gemeter, takut Putri manisnya nongol. Apa nggak nyadar penonton banyak yang nyinyir, nyanyi kemana musik kemana," Sambung Sammy menyindirku. Aku diam tak menanggapi Sammy dan Riku yang tak henti menggodaku, walau dalam hati aku gemas juga ingin membalasnya, tapi aku sadar aku yang salah dan bila kujawab godaan mereka pastinya bakalan semakin memanas. Hatiku sedang berbunga dan aku tak ingin berdebat mengenai apapun.
Setelah acaranya selesai kami pulang kerumah masing-masing, kurebahkan tubuhku sesampainya dikamar dekilku, tanpa cuci muka, tanpa ganti baju, pokoknya aku malas melakukan apapun. Hari ini aku sedang kesal diledek terus, dimarahi kawan, dinyinyirin penonton yang kecewa karena suara dan penampilan burukku, rasanya pusing terpikirkan semua itu. Dari pada semakin stres mending kubayangkan hidup orang lain yang sepertinya enak dan normal-normal saja apalagi mereka yang sudah punya pacar, sedangkan aku masih sendiri jadi zomblo dan zomblo itu pedih kata bahasa sadisnya, hingga saking lamanya sedih dan sendirian aku sudah lupa kapan terakhir aku bahagia punya status pacaran. Aku iri melihat kawan-kawan ada yang bawain minum dan cemilan ke studio, ada yang romantis-romantisan ngobrol ditelpon, ada yang merhatiin, ada yang cemburu, sementara aku masih kumal tak ada yang sayang apalagi memperdulikanku.
"Seenaknya saja semua nyindir aku, coba mereka yang rasain," Kataku menggerutu dalam hati. Tapi saat melihat kaset Sheila yang akan kuberikan pada Ulfa, entah kenapa aku merasa tenang seakan aku punya harapan lagi tentang cinta. Sambil bersantai merebahkan diri meluruskan kakiku, kutatapi tiap sudut dinding kamar, berharap tak lama lagi dinding yang kosong dan dekil ini terisi photo Ulfa (ngarep). Aku berjanji pada diriku sendiri, seandainya rencanaku sukses mendapatkan cinta Ulfa, aku akan mencat rapi dinding kamarku supaya pantas seandainya ada photo aku dan Ulfa. Hmhhhh, segera kututup wajahku dengan bantal agar khayalku tak lepas kejauhan.
***
Dinding ini masih kosong,
Sebagaimana hatiku yang piatu,
Kutatap dia hanya dianganku,
Sebab saat kubuka mata dia tak ada,
Ada resah yang singgah,
Ada kerinduan yang bertalu,,
Seperti lagu yang kunyanyikan,
Kutitipkan pada asaku esok hari,
Dan mimpi cinta kan nyata.
Kuhantarkan dia, kumiliki dia,
Bercanda padanya, marah padanya,
Tiada lagi detik melirih, saat aku punya kekasih,
Dan dialah yang kupinta,
Dan bingkai kosong dimejaku,
Kelak ada yang mengisi
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar